Rabu, 09 Januari 2013

Perawatan Luka Modern (Modern Dressing)


I.      Pendahuluan
Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir. Makin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk perawatan luka juga memberikan kontribusi yang baik dalam menunjang praktek perawatan luka. Perubahan profil pasien mendukung kompleksitas perawatan luka dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan luka bisa tercapai dengan optimal.
                  Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Manajemen keperawatan luka tersebut harus mengedepankan pertimbangan biaya (cost effectiveness), kenyamanan (comfort) dan keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang  melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.



II.  PROSES PERAWATAN LUKA
a.                  Pengkajian Luka
Pengkajian adalah proses pengumpulan, identifikasi dan analisa dalam rangka memecahkan masalah klien. Pengkajian dalam hal perawatan luka bertujuan untuk :
1          .      Menilai tingkat keseriusan suatu luka
2          .      Menilai perkembangan proses perawatan luka yang telah dilakukan
3          .      Observasi kondisi luka apakah terjadi perubahan setiap penggantian dressing
Secara umum pengkajian luka yang harus diperhatikan adalah :
a          .       Lokasi dan letak luka
         Lokasi dan letak luka dapat digunakan sebagai indikator terhadap kemungkinan penyebab  terjadinya luka, tujuannya agar luka dapat diminimalkan kejadiannya dengan menghilangkan penyebab yang ditimbulkan oleh letak dan lokasi yang dapat mengakibatkan terjadinya luka.
b          .      Stadium luka (anatomi, warna dasar luka)
Salah satu cara menilai derajat keseriusan luka adalah menilai warna dasar luka. System ini membantu memilih tindakan dan penggunaan topikal terapi perawatan luka serta mengevaluasi kondisi luka.
System ini dikenal dengan sebutan RYB / Red Yellow Black ( Merah-­Kuning-Hitam ) :
~    RED / MERAH.
Luka dengan dasar warna luka merah tua (granulasi) atau terang (epitelisasi) dan selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih, dengan banyak vaskularisasi, karenanya mudah berdarah. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah dengan mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma / perdarahan.
                             
~    YELLOW / KUNING.
Luka dengan dasar warna luka kuning / kuning kecoklatan / kuning kehijauan / kuning pucat kondisi luka yang terkontaminasi atau -terinfeksi. Hal yang harus dicermati bahwa semua luka kronis merupakan luka yang terkontaminasi namun belum tentu terinfeksi.
Luka Slough (kuning)

~    BLACK / HITAM.
Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan jaringan avaskularisasi.
Luka Nekrotik
c          .       Bentuk dan ukuran luka
Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan pengukuran tiga dimensi (panjang,lebar dan kedalaman luka) atau dengan pengambilan photography. Tujuannya untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan proses penyembuhan luka.
d           .      Wound edges
Pengkajian pada tepi luka akan didapatkan data bahwa proses epitelisasi adekuat atau tidak. Umumnya tepi luka akan dipenuhi oleh jaringan epitel berwarna merah muda. Kegagalan penutupan terjadi jika tepi luka mengalami edema, nekrosis, callus, atau infeksi.
e           .       Odor or exudates
Pengkajian terhadap bau tidak sedap dan jumlah eksudate pada luka akan mendukung dalam penegakan diagnose terjadi infeksi atau tidak. Bau dapat disebabkan oleh adanya kumpulan bakteri yang menghasilkan protein, apocrine sweat glands atau beberapa cairan luka.
f.       Tanda infeksi
Luka yang terinfeksi seringkali ditandai dengan adanya erithema yang makin meluas, edema, cairan berubah purulent, nyeri yang lebih sensitive, peningkatan temperature tubuh, peningkatan jumlah sel darah putih dan timbul bau yang khas.
Dalam proses perawatan luka faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka diantaranya status imunologi, nutrisi, Kadar gula darah (impaired white cell function), hidrasi (slows metabolism),kadar albumin darah (building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema), suplai oksigen dan vaskularisasi, corticosteroid (depresss immune function)

b.               Perencanaan
Perencanaan yang tepat dalam hal menentukan kondisi luka dan penggunaan dressing yang sesuai dapat menunjang proses penyembuhan luka yang optimal. Suasana moist (lembab) merupakan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Lingkungan luka yang lembab (moist) berguna untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis, menurunkan resiko infeksi, mempercepat pembentukan growth factor dan mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Sedangkan perencanaan dalam hal menentukan dressing (jenis balutan luka) sebaiknya memenuhi kaidah – kaidah berikut :
1.   Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2.  Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko   terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3.   Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4.   Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5.  Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka

c.                Implementasi
Tindakan keperawatan dalam perawatan luka perawat harus mempunyai pengetahuan yang baik mengenai topical terapi dan dressing sehingga penggunaan yang tepat akan mampu menunjang proses penyembuhan luka. Berikut ini beberapa jenis bahan topical.therapy yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan perawatan luka. Diantaranya adalah ; calcium alginate, hidrokoioid, hidroaktif gel, Transparan Film, zinczidazole, nistatin powder, aquacel, metronidazole powder dan gamgee.
1.    calcium alginate
Berasal dari rumput laut, berubah menjadi gel jika bercampur dengan cairan luka, adalah jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan minor serta barier terhadap kontaminasi oleh pseudomonas.dapat digunakan oleh semua warna dasar luka. (Kaltostat, sorbsan, alginate M, comfell pluss, cura sorb )
2. hidrokoloid
Jenis topical therapy yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari resiko infeksi, mampu menyerap eksudate minimal. Baik digunakan untuk luka yang berwarna merah, abses atau luka yang terinfeksi. Bentuknya ada yang berupa lembaran tebal dan tipis serta pasta.
(Duoderm CGF, Duoderm Extra Thin, Duoderm pasta, comfell, Hollisive dan hollisive thin)
3. hidroaktif gel
Jenis topical therapy yang dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri ( support autolisis debridement ). Dapat digunakan terutama pada dasar luka yang berwarna kuning dan hitam (hydroaktif gel duoderm, interasite gel, hydrophilic wound gel )
1           4 .      Transparant Film
Jenis topical therapy yang berfungsi untuk mempertahankan luka akut atau bersih dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari resiko infeksi. Keuntungan topical terapi ini :
Waterproof dan gas permeable, primary / secondary dressing, support autolysis debridement dan mengurangi nyeri. Adapun kontraindikasi topical ini adalah pada luka dengan eksudat banyak dan sinus.
5.       deodorizing dressing / activated charcoal dressing
Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan lapisan calsium alginate dan karbon, berfungsi untuk menyerap , cairan dan mengontrol bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh luka terutama pada jenis luka kanker. (carboflex, carbonet, denidor, actisorb, clinisorb)
6. gammgee
Jenis topical therapy berupa tumpukan bahan balutan yang tebal, didalamnya terdapat kapas dengan daya serap cukup tinggi dan jika bercampur dengan cairan luka dapat berubah menjadi gel. Biasanya digunakan sebagai penutup luka lapisan kedua setelah penggunaan topikal therapi. ( disposable campers)
7. Nystatin powder
Jenis topical therapy yang terbuat dad bahan nistatin dan beberapa bahan campuran serta metronidazole, berupa racikan paten buatan rumah sakit kanker "Dharmais". Bentuknya powder dalam kemasan tertutup: Berfungsi untuk mengisi rongga, mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan yang tidak terlalu berlebihan dan mengurangi bau tidak sedap pada 24 jam pertama.
8. Aquacel
Jenis topical therapy yang terbuat dari selulosa dengan daya serap amat tinggi melebihi kemampuan daya serap calcium alginate. Keuntungannya adalah tidak mudah koyak/larut, sehingga amat mudah dalam melepasnnya. Dapat digunakan untuk semua warna dasar luka.
9. zincsidazole
          Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan zinc dan motronidazole, berupa racikan paten buatan   suatu rumah sakit. Bentuknya pasta / salep.

d.               Evaluasi
Evaluasi dalam perawatan luka sebaiknya memperhatikan frekuensi penggantian dressing, banyaknya produksi exudates, perhatikan apakah ada undermining/goa, siapa yang akan merawat luka, secondary dressing (penutup luka) usahakan rapat jangan ada windows wound dressing dan pemilihan topical terapi harus disesuaikan dengan warna dasar luka.

III.    DOKUMENTASI PERAWATAN LUKA
         Dokumentasi dalam perawatan luka amat diperlukan sebagai bahan evaluasi dan monitoring sejauh mana perawatan luka telah optimal dilakukan. Proses perkembangan penyembuhan luka dapat terus di pantau melaui hasil foto/video setiap penggantian dressing/perawatan luka. 


IV.      

Amoxicillin

Amoxicillin

Indikasi:
Amoksisilina efektif terhadap penyakit:
Infeksi saluran pernafasan kronik dan akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk faringitis gonore), bronkitis, langritis.
Infeksi sluran cerna: disentri basiler.
Infeksi saluran kemih: gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis.
Infeksi lain: septikemia, endokarditis.

Kontra Indikasi:
Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.

Komposisi:
Tiap sendok teh (5 ml) suspensi mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 125 mg.
Tiap kapsul mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 250 mg.
Tiap kaptab mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina anhidrat 500 mg.

Cara Kerja Obat:
Amoksisilina merupakan senyawa penisilina semi sintetik dengan aktivitas anti bakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid. Aktivitasnya mirip dengan ampisilina, efektif terhadap sebagian bakteri gram-positif dan beberapa gram-negatif yang patogen.
Bakteri patogen yang sensitif terhadap amoksisilina adalah Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H. influenzae, E. coli dan P. mirabilis.
Amoksisilina kurang efektif terhadap spesias Shigella dan bakteri penghasil beta-laktamase.

Posologi:
Dosis amoksisilina disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi.
Anak dengan berat badan kurang dari 20 kg: 20 - 40 mm/kg berat badan sehari, terbagi dalam 3 dosis.
Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20 kg: 250 - 500 mg sehari, sebelum makan.
Gonore yang tidak terkompilasi: amoksisilina 3 gram dengan probenesid 1 gram sebagai dosis tunggal.

Efek Samping:
Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urtikaria, ruam kulit, pruritus, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomatitis.

Interkasi Obat:
Probenesid memperlambat ekskresi amoksisilina.

Cara Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.

Peringatan dan Perhatian:
Pasien yang alergi terhadap sefalosporin mengakibatkan terjadinya "cross allergenicity" (alergi silang).
Penggunaan dosis tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan superinfeksi (biasanya disebabkan: Enterobacter, Pseudomonas, S. aureus, Candida), terutama pada saluran gastrointestinal.
Hati-hati pemberia pada wanita hamil dan menyusui dapat menyebabkan sensitivitas pada bayi.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Hari Raya Saraswati


  1. Tentang Tattwa:
    1. Etimologi.
      Saraswati terdiri dari kata : Saras; dan Wati.
      1. Saras berarti sesuatu yang mengalir, dan kecap atau ucapan.
      2. Wati berarti yang memiliki/ mempunyai. Jadi, Saraswati berarti : yang mempunyai sifat mengalir dan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
    2. Istilah.
      1. Dalam ajaran Tri Murti menurut Agama Hindu Sang Hyang Saraswati adalah Saktinya Sanghyang Brahman.
      2. Sang Hyang Saraswati adalah Hyang- Hyangning Pangaweruh
      3. Aksara merupakan satu- satunya Lingga Stana Sang Hyang Saraswati.
      4. Pengertian odalan Sang Hyang Saraswati.
        Hari Saniscara Umanis wuku Watu gunung adalah sebagai hari pemujaan turunnya ilmu pengetahuan bagi umat Hindu.
  2. Etika.
    1. Pemujaan Saraswati dilakukan sebelum tengah hari.
    2. Sebelum perayaan Saraswati, tidak diperkenankan membaca atau menulis.
    3. Bagi yang melaksanakan Brata Saraswati tidak diperkenankan membaca dan menulis selama 24 jam.
    4. Dalam mempelajari segala pangaweruh selalu dilandasi dengan hati Astiti kepada Hyang Saraswati, termasuk dalam hal merawat perpustakaan.
  3. Upakara.
    1. Tempat:
      Semua pustaka- pustaka keagamaan dan buku- Suku pengetahuan lainnya termasuk alat- alat pelajaran yang merupakan Lingga Stana Hyang Saraswati diatur dalam tempat yang layak untuk itu.
    2. Banten.
      Upakara Saraswati sekurang- kurangnya: Banten Saraswati, Sodaan Putih Kuning, dan canang selengkapnya.
    3. Kekuluh (tirta).
      Tirta yang dipergunakan hanya tirta Saraswati, diperoleh dengan jalan memohon ke hadapan Hyang Surya sekaligus merupakan tirta Saraswati, di tempat lingga Saraswati masing- masing.
    4. Pelaksanaan:
      1. Didahului dengan Menghaturkan penyucian, ngayabang aturan, muspa dan matirta.
      2. Upakara Saraswati Puja ditetapkan nyejer sampai keesokan harinya.
    5. Banyu pinaruh (pina wruh) Redite Paing Sinta.
      1. Asucilaksana.
        Di pagi hari umat asucilaksana (mandi, keramas dan berair kumkuman).
      2. Upakara.
        Diaturkan labaan nasi pradnyan, jamu sad rasa dan air kumkuman. Setelah diaturkan pasucian/ kumkuman labaan dan jamu, dilanjutkan dengan nunas kumkuman, muspa, matirta, nunas jamu dan labaan Saraswati/ nasi pradnyan barulah upacara diakhiri / lebar.
  4. Sanggraha Kosa. (Materi Penyangga).
    Hari Raya Saraswati dilengkapi dengan Sanggraha Kosa sebagai berikut:
    1. Lambang, berwujud wanita cantik bertangan empat dengan atribut- atribut cakepan genitri, wina, teratai di samping burung merak dan angsa.
    2. Padewasan.
      1. Dirayakan Hari Saraswati pada Saniscara Umanis Watugunung tampaknya mempunyai kaitan dengan mitologi pawukon, khususnya - Watugunung dan Sinta
      2. Untuk itu perlu didalami apa makna, hari- hari pada kedua wuku tersebut.
    3. Upakaranya.
      Bentuk, nama dan bahan upakara khusus dalam hubungan odalan Saraswati perlu didalami tentang arti dan maksudnya seperti : cecak, daun beringin, daun keraras, gilingan andong dan jamu.
    4. Keputusan: Pedoman kepustakaan dalam hubungannya dengan Saraswati antara lain:
      1. Tutur Aji Saraswati.
      2. Sundarigama.
      3. Medangkemulan.
Purwaning Wariga 

HARI RAYA SIWARATRI


HARI RAYA SIWARATRI
Hari Raya Siwaratri merupakan han raya berdasarkan atas pranata masa yang dirayakan setiap setahun sekali. Tepatnya jatuh pada Purwaning Tilem Kepitu. Untuk tahun mi Malam Siwaratni jatuh pada tanggal 16 Januari 2008. Han suci Siwaratri sangat identik dengan begadang semalam suntuk serta cerita Lubdhaka yang dikarang oleh Empu Tanakung. 
Difinisi Siwarat.ri menurut Ketut Sukartha dan kata “Siwaratri” berasal Siwa dan Ratri. Siwa artinya Puncak dan Ratri artinya malam. Siwaratri berarti puncak malam. Sedangkan difinisi menurut Tjok Rai Sudharta “Siwaratri artinya malam Siwa. Siwa berasal dari bahasa sansekerta yang artinya baik hati, suka memaafkan, memberi harapan dan membahagiakan. Dalam hal ini kata Siwa adalah sebuah gelar terhadap menifestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa yang diberi nama gelar kehormatan “Dewa Siwa” yang berfungsi sebagai pemralina atau pelebur. Ratri artinya malam. Malam disini maksudnya kegelapan. Jadi Siwaratri artinya malam untuk melebur kegelapan hati menuju jalan yang terang. 
Hari Siwaratri menyimpan makna serta simbul yang sangat mendalam sebagai bahan renungan yang tak pernah habis untuk dikaji. Tidak cukup hanya dengan prosesi ritualitas semata, melainkan harus dipahami makna-makna yang terkandung didalamnya. Dengan adanya pemahaman yang benar serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka hari suci keagamaan akan sesuai dengan tujuan perayaan hari raya tersebut. Kegiatan ritual Siwaratri mesti dilaksanakan sesuai petunjuk sastra. Di samping itu juga tidak kalah pentingnva yakni merealisasikan makna-makna simbolis yang terkandung didalamnya ke dalam wujud/kehidupan sehari-hari.

Makna Brata Siwaratri dalam kehidupan sehari-hari 
Pada waktu pelaksanaan Brata Siwaratri sebagai lambang yang bennilai sakral bertujuan untuk melenyapkan sifat-sifat buruk. Menurut Tjok Rai Sudharta, brata Siwaratri berasal dari bahasa Sansekerta. Kata “Brata” artinya janji, sumpah, pandangan, kewajiban, laku utama, keteguhan hati. Brata Siwaratri dapat disimpulkan sebagai laku utama/janji untuk berteguh hati melaksanakan ajaran Siwaratri. Brata Siwaratri tidak berhenti sampai pelaksanaan Hari Raya Siwaratri saja, melainkan perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya aplikasi/wujud dalam kehidupan sehari-hari maka hari raya itu akan tanpa makna dan akan lewat begitu saja. Brata Siwaratri dilaksanakan selama 36 jam. Brata ini mulai dan pukul 06.00 panglong ping 1 sampai pukul 18.00 Tileming sasih Kepitu. Brata Siwaratri dengan melaksanakan upawasa, monobrata dan jagra.

1. Jagra (berjaga/tidak tidur/melek/ waspada) 
Brata Jagra ini paling mudah dilakukan, sebab semua orang mampu untuk tidur semalam suntuk. Dalam cerita Lubdhaka jagra ini disimbolkan oleh Lubdhaka yang tidak tidur di atas pohon bila semalam suntuk. Untuk mengusir kantuknya Lubdhaka memetik daun “bila” sehingga dosanya terlebur. Jagra dalam pelaksanaan Siwaratri dapat dilakukan dengan jalan tidak tidur semalam 36 jam.

Dalam kehidupan sehari-hari makna jagra ini dapat diaplikasikan dengan cara selalu eling (waspada, ingat, berfikir, dll.) terhadap sang diri. Dalam kehidupan ini kita tidak bisa lepas dan musuh-musuh, baik itu yang berasal dari dalam diri (sad ripu, sapta timira dan Sad atatayi) maupun dari luar diri. Untuk menghadapi musuh-musuh tersebut diperlukan kewaspadaan yang relatif tinggi, sehingga kita bisa terlepas dari musuh-musuh tersebut. Kewaspadaan yang tinggi tentunya diperoleh dengan menggunakan pikiran.
Kedatangan Hari Suci Siwaratri mengajak kita untuk merenung agar selalu tetap mawas diri dan menyadari diri kita yang sejati. Sebagaimana tersurat didalam Wrehaspati Tatwa, bahwa nafsu dan keinginan tidak pernah putus didalam diri kita. Kesadaran akan lenyap bila kita hanya tidur. Orang yang selalu terbelenggu oleh tidur (turu) disebut dengan papa. Pengertian papa sangat berbeda dengan pengertian dosa. Pengertian papa dalam hal ini adalah keadaan yang selalu terbelenggu oleh raga atau indriya yang dinyatakan sebagai turu (tidur). Tidur berarti juga malas. Orang yang malas bekerja akan menimbulkan kekacauan pikiran sehingga lupa akan keberadaan dirinya sendiri. Dengan demikian pikiran merupakan sumber segala yang dilakukan oleh seseorang. Baik-buruk perbuatan manusia merupakan pencerminan dari pikiran. Bila baik dan suci pikiran seseorang maka sudah barang tentu perbuatan dan segala penampilan akan bersih dan baik. Berusaha berpikir untuk tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, berfikir buruk serta percaya dengan hukum karma.
Dalam hidup ini semasih kita mampu, perlu diisi dengan kerja yang sesuai dengan dharma. Mengenai kerja ini dinyatakan oleh Bhagawadgita III sebagai berikut: 
III.3 
O, Arjuna, manusia tanpa noda; di dunia ini ada dua jalan hidup yang telah Aku ajarkan dari jaman dahulu kala. Jalan ilmu pengetahuan bagi mereka yang mempergunakan pikiran dan yang lain dengan jalan pekerjaan bagi mereka yang aktif.

III. 4 
Bukan dengan jalan tiada bekerja orang mencapai kebebasan dari perbuatan. Pun juga tidak melepaskan diri orang akan mencapai kesempurnaan.

III. 5 
Sebab siapa pun tidak akan dapat tinggal diam, meskipun sekejap mata, tanpa melakukan pekerjaan. Tiap-tiap orang digerakkan oleh dorongan alamnya dengan tidak berdaya apa-apa lagi.

III. 20 
Hanya dengan penbuatan, Prabu Janaka dan lain-lainnya mendapat kesempurnaan. Jadi kamu harus juga melakukan pekerjaan dengan pandangan untuk memelihara dunia.

Di samping untuk memelihara dunia yang kita pijak ini, kerja juga dapat menghindari kehancuran duniĆ¢ baik secara spiritual maupun material. Disamping itu juga, kerja dapat meningkatkan kedudukan sehingga menjadi manusia yang lebih sempurna. Jika kita sudah bekerja maka dapat mengurangi ketergantungan kita terhadap orang lain. Disamping itu, diharapkan untuk tidak terikat dengan hasil pekerjaan yang kita lakukan. Hasil yang diperoleh dari kerja diharapkan untuk sumbangkan kepada yang membutuhkan.
2. Upawasa (tidak makan dan minum) 
Upawasa dapat diartikan sebagai pengendalian diri dalam hal makan dan minum. Pada waktu Siwaratri puasa ini dilakukan dengan jalan tidak makan dan minum. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan dengan cara selalu makan makanan yang bergizi yang dibutuhkan oleh jasmani maupun rohani. Disamping itu, dalam hal untuk mendapatkan makanan yang kita makan hendaknya dicari dengan usaha-usaha yang digariskan oleh dharma.

Melalui upawasa ini kita dituntut untuk selektif dalam hal makan dan minum. Makanan yang kita makan disamping untuk kebutuhan tubuh, juga nanti akan bersinergi membentuk dan merangsang pikiran, perkataan dan perbuatan. Kualitas makan akan mempengaruhi intensitas Tri Guna (sattwam, rajas dan tamas) pada manusia. Makanan yang kita makan hendaknya dimasak oleh orang yang berhati baik yang memperhatikan kesucian dan gizi dari makanan tersebut. Disamping itu juga, cara memasak makanan perlu memperhatikan tentang suci dan cemar, bersih dan kotor serta cara penyajian makanan. Mengenai makanan dinyatakan dalam Bhagawadgita sebagai berikut:
III.13 
Orang yang makan apa yang tersisa dan yadnya, mereka itu terlepas dan segala dosa. Akan tetapi mereka yang jahat yang menyediakan makanan untuk kepentingannya sendiri mereka itu adalah makan dosanya sendiri.

XVII. 7 
Bahkan makanan yang disenangi oleh semua, adalah tiga macam juga. Demikian juga yadnya-yadnya, tapa dan dana. Dengarkanlah perbedaan dari semua ini.

XVII. 8 
Makanan-makanan yang meninggikan hidup, tenaga, kekuatan, kesehatan dan suka cita, yang manis yang lunak, banyak mengandung zat-zat makanan dan rasa enak adalah yang disukai oleh orang yang baik (sattwika).

XVII. 9 
Makanan-makanan yang terlalu pahit, masam, asin, pedas, kering, keras dan angus dan menimbulkan kesakitan, duka cita dan pen yakit disukai oleh orang yang bernafsu (rajasika).

XVII. 10 
Makanan yang basi, hambar, berbau, dingin, sisa kemarinnya dan kotor adalah yang disukai oleh orang yang bodoh (tamasika).

Disamping makanan, minuman juga diatur oleh sastra agama. Minuman yang dilarang orang agama yaitu minuman yang banyak mengandung penyakit sehingga mempengaruhi pikiran. Minuman yang perlu dihindari yakni minuman yang menyebabkan mabuk. Orang yang sering mabuk prilakunya akan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Setiap orang dengan anggota badannya akan berprilaku dan berbuat. Jika dilandasi dengan ajaran agama sudah barang tentu perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan yang baik dan benar. Oleh karena itu, perbuatan yang baik dan benar tersebut dinamakan Kayika Parisudha. Setiap orang selagi masih hidup, selamanya akan berbuat dan melakukan sesuatu perbuatan (karma). Karma ini akan menentukan kehidupan seseorang. Berkarma dalam kehidupan sekarang ini berarti mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang. Orang yang sadar/eling akan berusaha dalam kehidupannya untuk berbuat yang baik berdasarkan darma. Hal ini disebabkan karena semua orang mengharapkan adanya kehidupan yang lebih baik dan lebih menyenangkan dimasa-masa yang akan datang.
3. Monobrata (berdiam diri/tidak bicara) 
Monobrata ini dapat diartikan berdiam diri atau tidak mengeluarkan kata-kata. Brata ini relatif sulit untuk dilakukan. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari berata ini yakni berkata-kata atau berbicara yang dapat menyejukkan hati orang lain. Perkataan sangat perlu diperhatikan dan diteliti sebelum dikeluarkan. Karena perkataan merupakan alat yang terpenting bagi manusia, guna menyampaikan isi hati dan maksud seseorang. Dari kata-kata kita memperoleh ilmu pengetahuan, mendapat suatu hiburan, serta nasehat nasehat yang sangat berguna baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dalam Niti Sastra V. 3 disebutkan sebagai berikut: 
        Wacika nimittanta manemu laksmi, 
        Wacika nimittanta manemu duhka, 
        Wacika nimittanta pati kapangguh, 
        Wacika nimittanta manemu lmitra, 
       Artinya :
              Karena perkataan memperoleh bahagia, 
              Karena perkataan menemui kesusahan, 
              Karena perkataan menemukan kematian 
              Karena perkataan memperoleh sahabat.

Kata-kata yang baik, benar dan jujur serta diucapkan dengan lemah lembut akan memberikan kenikmatan bagi pendengarnya. Dengan perkataan seseorang akan memperoleh kebahagiaan, kesusahan, teman dan kematian. Hal ini akan memberi arti yang sesungguhnya tentang kegunaan kata dan ucapan sebagai sarana komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Perkataan yang baik, sopan, jujur dan benar itulah yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menghindari kata-kata jahat menyakitkan, kotor (ujar ahala), keras, menghardik, kasar (ujar apergas), memfitnah (ujar pisuna), bohong (ujar pisuna) dan lain-lain yang perlu dihindari dalam pergaulan. Adanya 10 (sepuluh) pengendalian diri yang dapat dilakukan dalam kehidupan yang disebut karmaphala. Hal ini sesuai dengan apa yang tersurat dan tersirat dalam Sarasamuscaya 73 sebagai berikut: 
Hana karmaphatha ngaranya, khrtaning indriya, sepuluh kwehnya, ulakena, 
kramanya : prawerttiyaning manah sakareng, telu kwehnya, ulahaning wak pat pwarttyaning kaya, telu pinda sepuluh, prawerttyaning kaya, wak, manah kengeta” 
Artinya: 
adalah karmapatha namanya, yaitu pengendalian hawa nafsu, sepuluh banyaknya yang patut dilaksanakan gerak pikiran tiga (3) banyaknya, ucapan/perkataan empat (4) jumlahnya, gerak tindakan/laksana tiga (3) banyaknya, Jadi sepuluh (10) jumlahnya perbuatan yang timbul dan gerakan badan, perkataan, dan pikiran.