Rabu, 09 Januari 2013

Perawatan Luka Modern (Modern Dressing)


I.      Pendahuluan
Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir. Makin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk perawatan luka juga memberikan kontribusi yang baik dalam menunjang praktek perawatan luka. Perubahan profil pasien mendukung kompleksitas perawatan luka dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik semakin banyak ditemukan dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan luka bisa tercapai dengan optimal.
                  Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Manajemen keperawatan luka tersebut harus mengedepankan pertimbangan biaya (cost effectiveness), kenyamanan (comfort) dan keamanan (safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang  melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.



II.  PROSES PERAWATAN LUKA
a.                  Pengkajian Luka
Pengkajian adalah proses pengumpulan, identifikasi dan analisa dalam rangka memecahkan masalah klien. Pengkajian dalam hal perawatan luka bertujuan untuk :
1          .      Menilai tingkat keseriusan suatu luka
2          .      Menilai perkembangan proses perawatan luka yang telah dilakukan
3          .      Observasi kondisi luka apakah terjadi perubahan setiap penggantian dressing
Secara umum pengkajian luka yang harus diperhatikan adalah :
a          .       Lokasi dan letak luka
         Lokasi dan letak luka dapat digunakan sebagai indikator terhadap kemungkinan penyebab  terjadinya luka, tujuannya agar luka dapat diminimalkan kejadiannya dengan menghilangkan penyebab yang ditimbulkan oleh letak dan lokasi yang dapat mengakibatkan terjadinya luka.
b          .      Stadium luka (anatomi, warna dasar luka)
Salah satu cara menilai derajat keseriusan luka adalah menilai warna dasar luka. System ini membantu memilih tindakan dan penggunaan topikal terapi perawatan luka serta mengevaluasi kondisi luka.
System ini dikenal dengan sebutan RYB / Red Yellow Black ( Merah-­Kuning-Hitam ) :
~    RED / MERAH.
Luka dengan dasar warna luka merah tua (granulasi) atau terang (epitelisasi) dan selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih, dengan banyak vaskularisasi, karenanya mudah berdarah. Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah dengan mempertahankan lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma / perdarahan.
                             
~    YELLOW / KUNING.
Luka dengan dasar warna luka kuning / kuning kecoklatan / kuning kehijauan / kuning pucat kondisi luka yang terkontaminasi atau -terinfeksi. Hal yang harus dicermati bahwa semua luka kronis merupakan luka yang terkontaminasi namun belum tentu terinfeksi.
Luka Slough (kuning)

~    BLACK / HITAM.
Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan jaringan avaskularisasi.
Luka Nekrotik
c          .       Bentuk dan ukuran luka
Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan pengukuran tiga dimensi (panjang,lebar dan kedalaman luka) atau dengan pengambilan photography. Tujuannya untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan proses penyembuhan luka.
d           .      Wound edges
Pengkajian pada tepi luka akan didapatkan data bahwa proses epitelisasi adekuat atau tidak. Umumnya tepi luka akan dipenuhi oleh jaringan epitel berwarna merah muda. Kegagalan penutupan terjadi jika tepi luka mengalami edema, nekrosis, callus, atau infeksi.
e           .       Odor or exudates
Pengkajian terhadap bau tidak sedap dan jumlah eksudate pada luka akan mendukung dalam penegakan diagnose terjadi infeksi atau tidak. Bau dapat disebabkan oleh adanya kumpulan bakteri yang menghasilkan protein, apocrine sweat glands atau beberapa cairan luka.
f.       Tanda infeksi
Luka yang terinfeksi seringkali ditandai dengan adanya erithema yang makin meluas, edema, cairan berubah purulent, nyeri yang lebih sensitive, peningkatan temperature tubuh, peningkatan jumlah sel darah putih dan timbul bau yang khas.
Dalam proses perawatan luka faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka diantaranya status imunologi, nutrisi, Kadar gula darah (impaired white cell function), hidrasi (slows metabolism),kadar albumin darah (building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema), suplai oksigen dan vaskularisasi, corticosteroid (depresss immune function)

b.               Perencanaan
Perencanaan yang tepat dalam hal menentukan kondisi luka dan penggunaan dressing yang sesuai dapat menunjang proses penyembuhan luka yang optimal. Suasana moist (lembab) merupakan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Lingkungan luka yang lembab (moist) berguna untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis, menurunkan resiko infeksi, mempercepat pembentukan growth factor dan mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Sedangkan perencanaan dalam hal menentukan dressing (jenis balutan luka) sebaiknya memenuhi kaidah – kaidah berikut :
1.   Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2.  Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko   terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
3.   Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
4.   Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5.  Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka

c.                Implementasi
Tindakan keperawatan dalam perawatan luka perawat harus mempunyai pengetahuan yang baik mengenai topical terapi dan dressing sehingga penggunaan yang tepat akan mampu menunjang proses penyembuhan luka. Berikut ini beberapa jenis bahan topical.therapy yang dapat digunakan untuk penatalaksanaan perawatan luka. Diantaranya adalah ; calcium alginate, hidrokoioid, hidroaktif gel, Transparan Film, zinczidazole, nistatin powder, aquacel, metronidazole powder dan gamgee.
1.    calcium alginate
Berasal dari rumput laut, berubah menjadi gel jika bercampur dengan cairan luka, adalah jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan minor serta barier terhadap kontaminasi oleh pseudomonas.dapat digunakan oleh semua warna dasar luka. (Kaltostat, sorbsan, alginate M, comfell pluss, cura sorb )
2. hidrokoloid
Jenis topical therapy yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari resiko infeksi, mampu menyerap eksudate minimal. Baik digunakan untuk luka yang berwarna merah, abses atau luka yang terinfeksi. Bentuknya ada yang berupa lembaran tebal dan tipis serta pasta.
(Duoderm CGF, Duoderm Extra Thin, Duoderm pasta, comfell, Hollisive dan hollisive thin)
3. hidroaktif gel
Jenis topical therapy yang dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri ( support autolisis debridement ). Dapat digunakan terutama pada dasar luka yang berwarna kuning dan hitam (hydroaktif gel duoderm, interasite gel, hydrophilic wound gel )
1           4 .      Transparant Film
Jenis topical therapy yang berfungsi untuk mempertahankan luka akut atau bersih dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari resiko infeksi. Keuntungan topical terapi ini :
Waterproof dan gas permeable, primary / secondary dressing, support autolysis debridement dan mengurangi nyeri. Adapun kontraindikasi topical ini adalah pada luka dengan eksudat banyak dan sinus.
5.       deodorizing dressing / activated charcoal dressing
Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan lapisan calsium alginate dan karbon, berfungsi untuk menyerap , cairan dan mengontrol bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh luka terutama pada jenis luka kanker. (carboflex, carbonet, denidor, actisorb, clinisorb)
6. gammgee
Jenis topical therapy berupa tumpukan bahan balutan yang tebal, didalamnya terdapat kapas dengan daya serap cukup tinggi dan jika bercampur dengan cairan luka dapat berubah menjadi gel. Biasanya digunakan sebagai penutup luka lapisan kedua setelah penggunaan topikal therapi. ( disposable campers)
7. Nystatin powder
Jenis topical therapy yang terbuat dad bahan nistatin dan beberapa bahan campuran serta metronidazole, berupa racikan paten buatan rumah sakit kanker "Dharmais". Bentuknya powder dalam kemasan tertutup: Berfungsi untuk mengisi rongga, mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan yang tidak terlalu berlebihan dan mengurangi bau tidak sedap pada 24 jam pertama.
8. Aquacel
Jenis topical therapy yang terbuat dari selulosa dengan daya serap amat tinggi melebihi kemampuan daya serap calcium alginate. Keuntungannya adalah tidak mudah koyak/larut, sehingga amat mudah dalam melepasnnya. Dapat digunakan untuk semua warna dasar luka.
9. zincsidazole
          Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan zinc dan motronidazole, berupa racikan paten buatan   suatu rumah sakit. Bentuknya pasta / salep.

d.               Evaluasi
Evaluasi dalam perawatan luka sebaiknya memperhatikan frekuensi penggantian dressing, banyaknya produksi exudates, perhatikan apakah ada undermining/goa, siapa yang akan merawat luka, secondary dressing (penutup luka) usahakan rapat jangan ada windows wound dressing dan pemilihan topical terapi harus disesuaikan dengan warna dasar luka.

III.    DOKUMENTASI PERAWATAN LUKA
         Dokumentasi dalam perawatan luka amat diperlukan sebagai bahan evaluasi dan monitoring sejauh mana perawatan luka telah optimal dilakukan. Proses perkembangan penyembuhan luka dapat terus di pantau melaui hasil foto/video setiap penggantian dressing/perawatan luka. 


IV.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar